Tumbang juga akhirnya
Sakit adalah cara alam untuk menjauhkanku dari dunia dan berpikir sejenak tentang hidup yang sementara ini
Sebab suatu faktor, aku yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba demam tinggi dan harus di dirujuk kerumah sakit.
Sekujur tubuhku sakit, luar dan dalam. Di hari pertama aku demam dari pagi hingga malam. Lidahku kelu, tidak ada makanan yang bisa dimakan. Dan batukku berdahak disertai bercak darah.
Vonis dokter awal, “gejala TBC”. Namun setelah di screening ternyata riwayat penyakit lama — bronchitis, penyakit yang berhubungan dengan pernapasan, lebih tepatnya ada bakteri diparu-paru.
Hasil ronsen menunjukkan ada flek atau semacam inflamasi pada bagian paru-paru ku. Ini kesekian kalinya setelah 8 tahun kemudian.
Menyebabkan aku tidak bisa bekerja lebih dari 2 jam selama 3 hari. Jika dipaksakan badanku akan kelelahan atau langsung panas tinggi.
Dan selama tidak ada kegiatan, yang ku lakukan hanyalah bengong. Melihat langit-langit dari lantai dua, melihat awan, melihat tower jaringan, melihat pohon. Bisa hampir satu jam. Sambil merasakan sakit kepala.
Membuatku merenungkan banyak hal.
Tentang kematian, tentang anak, tentang keluarga kecilku.
Jika aku mati, mereka akan bagaimana? tanyaku dalam benak
Tiba-tiba air mata mengalir, aku menangis sesenggukan setelah sekian lama, hati setiap orang tua pastilah memberi yang terbaik untuk keluarganya. Aku ingin melihat anakku tumbuh besar jadi anak yang baik. Apalagi melihat, kami membesarkan anak kami dengan baik.
Hikmah dari jatuh sakit adalah renungan panjang tentang kehidupan.